Minggu, 02 Desember 2012

Konsep Makna berdasarkan Beberapa Pendekatan dan Teori Linguistik


KONSEP MAKNA BERDASARKAN BEBERAPA
 PENDEKATAN DAN TEORI LINGUISTIK


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
REGULER B 2011

LASTRI P. SARAGIH                        2113111045
LIA ANDRIYANI                              2113111046
NAOMI C. NAINGGOLAN              2113111055
NOVI AFRIADI                                 2113111056
NUR IQLIMA LUBIS                        2113111059
PORMAN HUTAGAOL                    2113111060
RENY ANASTASYA SITORUS        2113111065
DARA SYAHADA                              208311017

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa  atas berkat dan rahmat-Nya yang dianugerahkan kepada kami sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan tugas yang telah kami diskusikan bersama dengan tepat pada waktunya.
Kami juga berterima kasih pada dosen pengampu mata kuliah Semantik, Muharrina, S.S., M.Hum yang telah mengajarkan kami hal-hal yang memperbaharui pengetahuan kami mengenai Semantik. Dengan diberikannya tugas kelompok ini, kami dapat saling bertukar informasi maupun berbagi informasi mengenai “Konsep Makna Berdasarkan Beberapa Pendekatan dan Teori Linguistik.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan dari dosen pengampu mata kuliah Semantik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca “ Konsep Makna Berdasarkan Beberapa Pendekatan dan Teori Linguistik”. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.



Medan, September 2012

Penyusun,
Kelompok III




DAFTAR  ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................      i
DAFTAR  ISI................................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................      1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................      1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................      2
1.3 Tujuan......................................................................................................................      2
BAB II KONSEP MAKNA MELALUI BEBERAPA PENDEKATAN DAN TEORI
LINGUISTIK................................................................................................................      3
2.1 Pengertian Makna..................................................................................................      3
2.2 Pendekatan Makna................................................................................................      4
BAB III PENUTUP......................................................................................................      7
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................      7
3.2 Saran.......................................................................................................................       7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................      iii



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja reklame yang dipasang di tepi jalan yang bertuliskan /lezat/. Pada mulanya orang tidak memahami apa yang dimaksud oleh pemasang iklan. Lama-lama orang mengerti juga, yang dimaksud  enak dan sedap. Ketidakmengertian itu muncul karena penulisan yang tampak. Seandainya ditulis enak tentu segera dipahami.
Di depan lampu pengatur lalu lintas sering tertera urutan kata: “Belok kiri jalan terus.” Untuk pemakai jalan tidak menafsirkannya berjalan terus atau lurus yang akan mengakibatkan tabrakan, tetapi menafsirkannya: “Jika ingin membelok ke kiri diperbolehkan berjalan terus.”
Seorang yang berbudaya Jawa berkata kepada seseorang yang berbudaya Gorontalo, “Mari, Pak!” Orang Gorontalo yang mendengar urutan kata itu langsung berdiri dan karena orang yang berkata “Mari, Pak tadi mengendarai sepeda, maka orang Gorontalo itu langsung membonceng. Orang yang berbudaya Jawa terkejut dan bertanya, “Bapak mau ke mana?” Dijawab oleh si Gorontalo, “Bapak kan mengatakan mari Pak”. Orang Gorontalo itu mengira ia diajak; padahal urutan kata: “Mari Pak”, bagi yang berbudaya Jawa merupakan ungkapan untuk meminta izin lewat jalan.
Kasus-kasus tersebut masih boleh diperpanjang. Kasus-kasus semacam itu memperlihatkan adanya beban yang terdapat dalam kata-kata yang digunakan, yakni makna. Oleh karena itu, soal makna yang merupakan objek semantik akan dibahas dalam makalah ini.




1.2  Rumusan Masalah
 Adapun rumusan masalah yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1.      Apa itu makna?
2.      Apa saja pengertian makna menurut para ahli?
3.      Bagaimana pendekatan dari pada makna?
4.      Bagaimana pengertian makna melalui pendekatan linguistik?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian makna.
2.      Untuk mengetahui pengertian makna menurut para ahli.
3.      Untuk mengetahui pendekatan dari makna.
4.      Untuk mengetahui pengertian makna melalui pendekatan linguistik.



BAB II
KONSEP MAKNA MELALUI BEBERAPA PENDEKATAN DAN LINGUISTIK

2.1 Pengertian Makna
Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Istilah makna walaupun membingungkan, sebenarnya lebih dekat dengan kata. Sering kita berkata, apa artinya kata ini, apakah artinya kalimat ini?
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).

Di dalam buku The meaning (Ogden dan Richards, 1972: 186-187) telah dikumpulkan ada 16 dari batasan mengenai makna. Bagi orang awam, untuk memahami makna kata tertentu ia dapat mencari kamus sebab di dalam kamus terdapat makna yang disebut makna leksikal. Dalam kehidupan sehari-hari orang sulit menerapkan makna yang terdapat di dalam kamus sebab makna sebuah kata sering bergeser jika berada dalam satuan kalimat. Dengan kata lain, setiap kata kadang-kadang mempunyai makna luas. Itu sebabnya kadang-kadang orang tidak puas dengan makna kata yang tertera di dalam kamus. Hal ini muncul jika orang bertemu atau berhadapan dengan idiom, gaya bahasa, metafora, peribahasa, dan ungkapan.

2.2 Pengertian Makna Menurut Para Ahli
Saussure (Chaer, 2007:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Saussure (1994:286) mengungkapkan bahwa makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Shipley (1962: 261) berpendapat bahwa, jika seseorang menafsirkan makna sebuah lambang, berarti ia memikirkan sebagaimana mestinya tentang lambang tersebut; yakni suatu keinginan untuk menghasilkan jawaban tertentu dengan kondisi-kondisi tertentu pula.
Dari pengertian para ahli bahasa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

2.3 Pendekatan Makna
Makna dapat dibicarakan dari dua pendekatan, yakni pendekatan analitik atau referensial dan pendekatan operasional. Pendekatan analitik ingin mencari makna dengan cara menguraikannya atas segmen-segmen utama, sedangkan pendekatan operasional ingin mempelajari kata dalam penggunaannya. Pendekatan operasional lebih menekankan, bagaimana kata dioperasikan di dalam tindak fonasi sehari-hari.
Di depan telah dikatakan bahwa pendekatan analitik ingin menguraikan makna dengan jalan segmentasi. Ambillah contoh kata istri.
Dilihat dari pendekatan analitik, kata istri dapat diuraikan menjadi:
-    Perempuan
-    Telah bersuami
-    Kemungkinan telah beranak
-    Manusia
-    Ramah-tamah
-    Berambut panjang
-    Berfungsi sebagai pendamping suami
-    Hak dan kewajibannya tidak berbeda dengan hak dan kewajiban suami.
Jika kata istri dilihat dari segi pendekatan operasional, akan terlihat dari kemungkinan-kemungkinan pemunculannya dalam kalimat-kalimat, misalnya sebagai berikut:
-    Si Dula mempunyai istri.
-    Istri si Ali telah meninggal
-    Banyak istri yang telah bekerja di kantor
-    Apakah istrimu sudah naik haji?
Tetapi tidak mungkin orang mengatakan:
-    Istri Ali berkaki tiga.
-    Istri tidak pernah melahirkan.
 Pendekatan operasional menggunakan tes substitusi untuk menentukan tepat tidaknya makna sebuah kata. Misalnya, apakah kata memberitakan sama dengan makna kata memberitahukan, dan apakah kata sebab sama maknanya dengan kata karena Untuk itu dicoba dengan tes (khusus kata sebab dan karena):
-    Ia sakit karena mandi hujan.
-    Ia sakit karena mandi hujan.
Terlihat bahwa kata sebab maupun kata karena dapat digunakan dalam kedua kalimat ini.
Selain dua pendekatan ini, pendekatan makna dapat dilihat pula dari hubungan-hubungan fungsi yang berbeda di dalam bahasa. Pada umumnya orang membedakan pendekatan ekstensional (extensional) dan pendekatan intensional (intensional).
Yang dimaksud dengan pendekatan ekstensional ialah pendekatan yang memusatkan perhatian pada struktur-struktur konseptual yang berhubungan dengan unit-unit utama (bandingkan dengan pendekatan analitik).
Pendekatan ekstensional boleh saja menunjuk pada keseluruhan, kejadian, abstraksi atau reaksi pembicara terhadap satuan-satuan. Misalnya kita melihat kendaraan bertabrakan, maka dengan cepat kita berkata “Ada kecelakaan.” Analisis kita segera berhubungan dengan (i) pola-pola yang hadir bersama-sama, (ii) substitusi, binatang – kucing; dan (iii) lawan kata. Pada peristiwa tabrakan tadi, kita mengetahui bahwa kejadian seperti itu namanya tabrakan. Dengan kata lain kita mengerti makna kata tabrakan, bertabrakan.
Sebaliknya, pendekatan intensional memusatkan perhatian pada struktur-struktur konseptual yang berhubungan dengan unit linguistik tertentu dan meramalkan bagaimana unit-unit tersebut dapat digunakan di dalam usaha memaknakan acuan tertentu. Pendekatan intensional di dasarkan pada prosedur mengontraskan dan membandingkan.
2.4 Pengertian Makna Melalui Pendekatan Linguistik
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa (leksem) sebagai lambang benda, peristiwa, obyek, dan lain-lain. Makna ini dimiliki unsur bahasa lepas dari penggunaan atau konteksnya. Misalnya:
* kata tikus bermakna "binatang pengerat yang bisa menyebabkan penyakit tifus". Makna ini akan jelas dalam kalimat berikut.
Kucing makan tikus mati.
Tikus itu mati diterkam kucing.
Panen kali ini gagal akibat serangan tikus
Jika kata tikus pada ketiga kalimat di atas bermakna langsung (konseptual), maka pada kalimat berikut bermakna kiasan (asosiatif ).
“Yang menjadi tikus di kantor kami ternyata orang dalam”.

2. Makna Langsung atau Konseptual atau Denotatif
makna kata atau leksem yang didasarkan atas penunjukkan yang langsung (lugas) pada suatu hal atau obyek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas bersifat obyektif, karena langsung menunjuk obyeknya.
 Contoh berikut secara konseptual bermakna sama, tetapi secara asosiatif bernilai rasa yang berbeda.
 wanita = perempuan
 gadis = perawan
 kumpulan = rombongan = gerombolan
 karyawan = pegawai = pekerja
Berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya, makna langsung dapat dibedakan atas makna luas dan makna sempit.

3. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna struktural yang munculsebagai akibat hubungan antara unsur-unsur gramatikal dalamsatuan gramatikal yang lebih besar. Misalnya, hubungan morfemdan morfem dalam kata, kata dan kata lain dalam frasa atauklausa, frasa dan frasa dalam klausa atau kalimat.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Makna dapat dibicarakan dari dua pendekatan, yakni pendekatan analitik atau referensial dan pendekatan operasional. Pendekatan analitik ingin mencari makna dengan cara menguraikannya atas segmen-segmen utama, sedangkan pendekatan operasional ingin mempelajari kata dalam penggunaannya. Pendekatan operasional lebih menekankan, bagaimana kata dioperasikan di dalam tindak fonasi sehari-hari.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, wawasan pembaca mengenai konsep makna melalui beberapa pendekatan dapat bertambah dan kemudian para pembaca dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 

DAFTAR  PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Nusa Indah.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: PT Angkasa.
http:// luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/.
http://www.scribd.com/archive/plans?doc=53660888.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar