MAKALAH SEMANTIK
KATEGORI
MAKNA LEKSIKAL
Oleh:
Kelompok VIII
1.
Alfiandie Sinaga
2.
Anggi Anggriani
3.
Holincai Sitompul
4.
Huzaima
5.
Lidia Tampubolon
6.
Susi Yohana
7.
Dewi
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIMED
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya makalah Semantik
ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat sebagai bentuk tanggungjawab atas
penugasan oleh dosen pengampu mata
kuliah Semantik. Dalam makalah ini
akan dibahas tentang Kategori Makna
Leksikal yang terdiri dari kategori nominal, verba, ajektival, pendamping
dan penghubung.
Besar
harapan penulis kiranya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang
kategori makna leksikal. Dalam penulisan makalah ini, penulis yakin bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, demi kesempurnaan tugas ini penulis mengharapkan saran dan
kritikan yang bersifat membangun dari pembaca. Atas partisipasinya penulis
ucapakan terima kasih.
Medan, Oktober 2012
Penyusun,
Kelompok VIII
Dik Eks B 2011
DAFTAR
ISI
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan ...................................................................................1
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah1....................................................................1
Bab II Pembahasan..................................................................................2
Bab II Pembahasan..................................................................................2
2.1 Kategori Makna Leksikal..........................................................3
2.1.1
Kategori Nominal.....................................................3
2.1.2
Kategori
Verbal.......................................................6
2.1.3
Kategori Ajektival...................................................11
2.1.4
Kategori Pendamping..............................................12
2.1.5
Kategori Penghubung..............................................15
Bab III Penutup........................................................................................21
Kesimpulan 15
Kesimpulan 15
Daftar Pustaka iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Studi
gramatika katagori kata adalah hal yang
tidak pernah lepas dari pembicaraan. Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada
buku tata bahasa, baik yang tradisional maupun yang bukan, yang tidak
membicarakan masalah kategori. Begitu penting, ruwet, dan kompleksnya persoalan
kategori makna leksikal, sehingga tidak selesai-selesai dibicarakan orang dan
tidak pernah ada kesepakatan di antara para ahli.
Secara umum kategori gramatikal yang
banyak diikuti, membagi kata menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok
yang disebut kata penuh (full word)
dan (2) kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function word) ke dalam kelompok pertama termasuk kata dari kelas
verbal, nominal, ajektival, dan adverbial; dan juga dalam kelompok kedua
termasuk kata-kata yang disebut preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Dalam
bahasa Indonesia ada sejumlah morfem
dasar yang belum berkategori
baik gramatikal maupun semantikal, misalnya morfem acu, juang, henti, kibar, kitar dan remang.
Secara
gramatikal morfem-morfem tersebut tidak dapat muncul dalam satuan-satuan
sintaksis tanpa bergabung dulu dengan morfem-morfem tertentu, baik afiks maupun morfem dasar lainnya.
Secara semantik morfem-morfem itu pun dianggap tidak bermakna. Sehingga dalam
kamus Poerwadarminta (1982) maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988)
morfemorfem tersebut memang didaftar sebagai lema (entri) tetapi tidak bermakna
yang diberi makna adalah bentuk derivasinya.
Pembahasan
berikut akan dideskripsikan leksikal bahasa indonesia berdasarkan kategori
semantiknya dengan menyebutkan ciri-ciri makna (komponen makna) yang menonjol
dari setiap kelompok leksem, tetapi dengan tetap bertumpu pada kategori
gramatikalnya.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa sajakah bagian kategori leksikal?
2.
Deskripsikan leksikal
bahasa berdasarkan katagori leksikal dari setiap kelompok leksem?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Kategori
Makna Leksikal
2.1.1 Kategori
Nominal
Kata-kata atau leksem-leksem nominal
dalam bahasa Indonesia secara semantik mengandung ciri makna [+Benda ( B)]; dan
oleh karena itu leksem-leksem nominal secara struktural akan selalu dapat
didahului oleh preposisi di atau pada. Berdasarkan analisis semantik lebih
lanjut leksem-leksem nominal ini dapat dikelompokkkan atas tipe-tipe:
Ø Tipe I
Tipe I berciri makna utama [+Benda, +
Orang (O)]. Tipe satu ini terbagi atas enam subtipe I yang masing-masing
berbeda pada ciri makna ketiga. Keenam suptipe I ini adalah:
1. Subtipe
Ia
Berciri
makna [+Benda, +Orang, + Nama Diri (ND)]. Contohnya, Anita, Sari, Vinda, dan
Marsya. Selain berciri makna +B, +O, dan +ND, leksem nominal dari subtipe ini
juga mengandung komponen makna [+bernyawa (NY), +konkret (K), dan tidak
terhitung (-H)]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ia ini
mengandung ciri makna [+B, +O, +ND, +NY, +K, -H].
2. Subtipe
Ib
Berciri
makna [+B, +O, + nama perkerabatan (NK)]. Contohnya ibu, bapak, kakak, dan
adik. Selain itu, leksem nominal dari subtipe Ib ini juga mengandung ciri makna
[+NY, +K, dan +H}. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ib ini
mengandung cciri makna [+B, +O, +NK, +Ny, +K, +H].
3. Subtipe
Ic
Berciri
makna [+B, +O, +Nama Pengganti(NP). Contoh dia, saya, kamu, dan mereka. Selain
itu, leksem nominal dari subtipe Ic ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan
–H]. Jadi, secara keseluruhan mengandung makna antara dia misalnya dengan
mereka. Dia memiliki makna [+Tunggal (T)], sedangkan mereka memiliki makna
[-Tunggal ]. Perbedaan ciri makna antara dia dan mereka dapat dilihat sebagai berikut:
Dia mereka
+B +B
+O +O
+NP +NP
+Ny +Ny
+K +K
-H -H
-H -H
+T -T
4. Subtipe
Id
Berciri
makna [+B, +O, +Nama Jabatan(NJ)]. Contohnya,
guru, lurah, camat, dan gubernur.
Selain itu, leksem nominal dari subtipe Id ini mengandung pula makna [+Ny, +K,
dan +H]. Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandunng makna [+B, +O,
+Ny, +K, dan +H].
5. Subtipe
Ie
Berciri
makna [+B, +O, dan Nama Gelar (NG)]. Contohnya: insinyur, doktor, raden,
dan sarjana hukum (SH), selain itu,
leksem-leksem nominal dari subtipe Ie ini jaga memiliki ciri makna[+Ny, +K, dan
+H]. Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B, +O, +NG,
+Ny, +K, dan +H]
6. Subtipe
If
Berciri
makna [+B, +O, dan + Nama Pangkat (Npa)].
Contoh: sersan, obsir, letnan, dan kolonel. Selain itu leksem-leksem
nominal dari suptipe If ini memiliki pula ciri makna [+Ny, +K, dan +H]. Jadi
leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B, +O, +NPa, +Ny, +K,
dan +H].
Ciri makna [+H]
yang ada pada leksem subtipe Ib, Ie, dan If; dan tidak ada pada leksem subtipe
Id dan Ic menyebabkan leksem yang
memiliki ciri itu dapat diberi keterangan numeral seorang, sedangkan yang tidak
memiliki ciri itu tidak dapat diberi keterangan numeral seorang.
Bandingkan:
a. Seorang
Fatimah -
seorang adik
b. Seorang
Hasan -
seorang camat
c. Seorang
kamu -
seorang doktor
d. Seorang
dia -
seorang letnan
Ø Tipe II
Berciri
makna utama [+B dan institusi (I)]. Contoh : pemerintah, DPR, SMA, dan Pelni.
Selain itu leksem-leksem nominal tipe II ini juga memiliki ciri makna [+Orang
metaforis (Om), +K, +H]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem nominal ini
berciri makna [+B, +I, +Om, +K, dan +H].
Ciri makna [+Om
menyebabkan leksem nominal tipe II ini dapat menduduki fungsi gramatikal
seperti leksem tipe I.
Ø Tipe III
Berciri
makna utama [+B, +Binatag (Bi)]. Contoh: tongkol,
kucing, gelatik, harimau, dan onta.
Selain itu leksem-leksem nominal tipe III ini memiliki pula ciri makna [+Ny,
+K, dan +H]. Dengan demikian secara keseluruhan leksem-leksem nominal tipe III
ini berciri makna [+B, +Bi, +Ny, +K, dan +H].
Ø Tipe IV
Berciri
utama [+B dan +Tumbuhan (T)]. Leksem nominal tipe IV ini terdiri atas 3
subtipe, yaitu:
1. Subtipe
IVa
Berciri
makna utama [+B, +T], misalnya rumput,
perdu, ilalang, dan keladi.
Selain itu leksem-leksem nominal IVa memiliki pula ciri makna [+B, +Pohon
(Po)]. Contoh: durian, nangka, ketapang,
mahoni,dan kelapa. Selain itu,
leksem-leksem nominal
2. subtipe
IVb
Memiliki
makna [+Hi, +H, dan K]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal subtipe IVb ini
memiliki ciri makna [+B, +Po, +Hi, +H, dan K].
3. Subtipe
IVc
Berciri
makna utama [+B, +Tanaman (Ta)]. Misalnya padi,
bayam, ketela, ubi, dan kubis.
Selain itu leksem-leksem nominal subtipe IVc ini memiliki ciri makna [+Hi, +H,
dan +K]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem ini mengandung makna [+B, +Ta,
+Hi, +H, dan +K]. Perbedaan makna dalm ciri [+T], [Po], dan [+Ta] adalah bahwa
[+T] mengandung segala sesuatu yang tumbuh; sedangkan [+Po] habnya yang
berbatang keras, dan [+Ta] adalah sebagai usaha suatu yang ditanam.
Ø Tipe V
Berciri makna utama [+B, Buah-buahan
(Bb)]. Misalnya mangga, rambutan, pisang dan nanas. Selain itu tipe ini juga
memiliki makna [+H, +K, dan –Hi]. Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki
makna [+B, +Bb, +H, +K, dan –Hi]
Ø Tipe VI
Berciri makna utama [+B,
+Bunga-bungaan (Bbu)]. Misalnya mawar, melati, kamboja, kembang sepatu, dan
kenanga. Selain itu leksem ini juga berciri makna [+H, +K, dan -Hi]. Jadi
secara keseluruhan tipe ini memiliki ciri makna [+B, +Bbu, +H, +K, dan –Hi].
Ø Tipe VII
Berciri makna utama [+B, +Peralatan (Al). Tipe
ini terbagi atas sembilan subtipe, yaitu:
1.
Suptipe VII a, berciri
makna utama [+B, +Al, dan +Masak (Ms). Contohnya panci, kompor dan kuali. Selain itu subtipe ini juga
memiliki makna [+K, +H, dan –Hi]. Dengan demikian secara keseluruhan ciri makna
subtipe ini adalah [+B, +Al, +Ma, +K, +H, dan –Hi].
2.
Subtipe VII b, berciri
makna utama [+B, +Al, dan +Makan ( Mk). Contohnya piring, garpu, sendok dan
gelas. Selain itu subtipe in juga
memiliki ciri makna [+K, +H, dan +Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memiliki
ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan +Hi].
3.
Subtipe VII c, berciri
makna utama [+B, +Al, dan +Pertukangan (Tk)].
Contohnya
palu, gergaji dan pahat. Selain itu sub tipe ini juga
berciri makna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memili
ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan –Hi].
4.
Subtipe VII d,
mengandung ciri makna utama [+B, +Al, dan +Perbengkelan (Bkl)]. Contohnya kunci, bubut dan tang. Selain itu subtipe ini juga bermakna utama [+K, +H, dan
–Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Bkl, +K, +H, dan
–Hi].
5.
Subtipe VII e, berciri
makna utama [+B, +Al, +Pertanian (Tn)]. Contohnya cangkul, sabit, dan garu. Selain itu subtipe ini juga
berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna
[+B, +Al, +Tn, +K, +H, dan –Hi].
6.
Subtipe VII f, berciri makna
utama [+B, +Al, dan + Perikanan (Ik)].
Selain
itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna
[+B, +Al, +Ik, +K, +H dan –Hi].
7.
Subtipe VII g, berciri
makna utama [+B, +Al, dan +Rumah tangga (Rt) ]. Contohnya lemari, meja dan kursi.
Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan
subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
8.
Subtipe VII h, berciri
makna utama [+B, +Al, dan +Tulis menulis (Tm)]. Contohnya buku, pensil, penggaris, dan
pena. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara
keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
9.
Subtipe VII i, berciri
makna utama [+B, +Al, dan +Olahraga (Or)]. Contohnya raket, bola, net dan stik. Selain itu subtipe ini juga
berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secra keseluruhan subtipe ini berciri makna
[+B, +Al, +Or, +K, +H, dan –Hi].
Ø Tipe VIII
Tipe ini mengandung ciri makna utama
[+B, +Makanan-minuman (Mm)]. Contohnya nasi, teh manis, susu, bakso, dan roti. Selain iti tipe ini juga berciri
makna [+K, -H, dan –Hi]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Mm,
+K, -H, dan –Hi].
Ø Tipe IX
Tipe ini mengandung ciri makna utama [+B,
+Geogrefi (Ge)]. Contohnya sungai, gunung dan laut. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara
keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Ge, +K, +H, dan –Hi].
Ø Tipe X
Tipe ini berciri makna utama [+B, +Bahan
baku (Bb). Contoh pasir, semen, batu
dan kayu. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K,
dan –H]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Bb, +K, dan –Hi].
2.1.2 Kategori Verbal
Leksem-leksem verbal
dalam bahasa Indonesia secara semantik ditandai dengan mengajukan tiga macam
pertanyaan terhadap subjek tempat “verba” menjadi predikat klausanya. Ketiga
pertanyaan itu adalah (1) apa yang dilakukan subjek dalam klausa tersebut, (2)
apa yang terjadi terhadap subjek dalam klausa tersebut, dan (3) bagaimana
keadaan subjek dalam klausa tersebut.
Berdasarkan analisis
semantik, sejalan dengan Tampubolon (1979, 1988 a, 1988 b dalam Chaer),
kategori verbal dapat dibedakan menjadi dua belas tipe. Keduabelas tipe itu
adalah sebagai berikut:
Ø Tipe I
Tipe ini adalah verba
yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi. Pelaku verba
ini adalah sebuah maujud berupa sebuah nomina yang berciri makna [+bernyawa];
dan tindakan sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba tersebut.
Secara semantik, verba
tipe I ini sebenarnya dapat dibedakan lagi menjadi verba tindakan yang (1)
pelakunya adalah manusia, (2) pelakunya adalah manusia dan bukan manusia, dan
(3) pelakunya bukan manusia. Contohnya adalah leksem baca dan tulis adalah
tindakan yang termasuk kelompok manusia; makan
dan minum adalah verba tindakan yang
termasuk kelompok pelakunya manusia dan bukan manusia; sedangkan pagut dan patuk adalah verba tindakan yang pelakunya bukan manusia.
Ø Tipe II
Adalah verba yang
menyatakan tindakan dan pengalaman. Pada verba ini pelakuya adalah sebuah
maujud berupa nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak
tindakan yang disebut oleh verba tersebut sekaligus dapat pula sebagai maujud
yang mengalami (secara kognitif, emosional, atau sensasional) tindakan yang
dinyatakan oleh verba tersebut. Contoh:
-
Dia menaksir harga mobil bekas itu
-
Beliau menjawab pertanyaan para wartawan.
Dia
pada kalimat pertama adalah maujud yang melakukan tindakan itu dan sekaligus
mengalaminya. Begitu juga denga pada kalimat kedua.
Yang melakukan tindakan dan yang mengalaminya
tidak harus selalu berupa maujud yang sama. Namun bisa juga atau lazimnya
adalah berupa dua maujud yang berbeda. Contoh:
-
Pak lurah tanya
persoalan itu kepada kami.
Dalam kalimat tersebut pak lurah adalah pelaku utama; sedangkan
yang mengalami adalah kami.
Ø Tipe III
Tipe ini adalah verba
yang menyatakan tidakan dan pemilikan (benafaktif). Pelaku verba ini adalah
maujud berup nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak
tindakan yag disebutkan oleh verba tersebut; sedangkan pemilik (bisa juga
ketidakpemilikian) juga berupa nomina berciri makna [+bernyawa].
Contoh:
-
Dika beli mobil dari Pak Fuad.
-
Pemerintah bantu para petani.
Dari kedua kalimat
tersebut Dika dan Pemerintah adalah pelaku; sedangkan Pak Fuad dan para petani adalah pemiliknya. Kadang pemilik tidak direalisasikan
dalam suatu kalimat. Contoh:
-
Dika beli mobil baru.
Ø Tipe IV
Tipe ini merupakan
verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat). Pelaku tindakan berupa
nomina berciri makna [+bernyawa] yang dapat mengalami tindakan itu sendiri
maupun tidak. Lokasinya berupa frase preposisional.
Contoh:
-
Nita pergi ke pasar.
-
Beliau baru tiba dari dari Yogyakarta.
Ø Tipe V
Tipe ini merupakan
verba yang menyatakan proses. Subjek dalam kalimat ini berupa nomina umum yang
mengalami proses perubahan keadaan atau kondisi. Contoh:
-
Daun tembakau itu layu.
-
Kaca jendela itu pecah.
Ada tiga persoalan
mengenai verba tipe V ini (dan juga verba proses lainnya, tipe VI, tipe VIII).
Ketiga persoalan itu adalah:
(1) Proses
perubahan yang terjadi pada suatu maujud dapat berlangsung dalam waktu singkat
dapat juga dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, ada verba proses yang
dapat diberi keterangan “sedang” seperti
“sedang pecah”.
(2) Sebenarnya
suatu proses atau perubahan bukan hanya terjadi pada verba proses saa tetapi
juga pada verba tindakan, sebab sesungguhnya suatu tindakan akan menyababkan
terjadinya proses.
(3) Sering
kita sukar untuk membedakan verba proses dengan verba keadaan (verba tipe IX,
X, XI, dan XII). Misalnya pada verba layu.
Diuji daengan pertanyaan “apa yang terjadi pada subjek?” maka jawabannya
subjek itu layu. Jadi, jelas layu di
situ adalah proses. Tetapi kalau diuji denga pertanyaan “bagaimana keadaan
subjek?” maka jawabannya adalah subjek itu layu dan menjadi verba keadaan.
Ø Tipe VI
Tipe ini merupakan
verba yang menyatakan proses-pengalaman.
Contoh:
-
Rupanya kau sudah bosan
padaku.
-
Ibu cemas akan
keselamata anank-anak itu.
Pada kedua kalimat itu bosan dan cemas adalah proses pengalaman sedangkan kau dan ibu adalah maujud
yang mengalami prose situ.
Ø Tipe VII
Tipe ini merupakan verba
yang menyatakan proses benefaktif subjek dalam kalimat yang menggunaan verba
tipe VII ini berupa nomina yang mengalami suatu proses atau kejadian memperoleh atau kehilangan (kerugian).
Contoh:
-
PSSI menang 2-0 atas
Singapura.
-
Dia kalah 2 juta
rupiah.
Menang
dan kalah adalah
verba proses benefaktif; sedangkan PSSI dan
dia adalah maujud yang mengalami peristiwa
yang dinyatakan oleh verba tersebut.
Ø Tipe VIII
Tipe ini merupakan verba
yang menyatakan proses-lokatif. Subjek dalam tipe ini berupa nomina yang
mengalami suatu proses perubahan tempat (lokasi).
Contoh:
-
Pesawat itu baru tiba dari Surabaya
-
Matahari terbit di ufuk timur
Leksem tiba dan terbit pada kalimat adalah verba proses-lokatif; sedangkan leksem pesawat dan matahari adalah maujud yang mengalami proses perubahan lokasi itu.
Ø Tipe IX
Tipe ini merupakan
verba yang menyatakan keadaan. Subjek kalimat dalam tipe ini berupa nomina umum
yang berada dalam keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh verba tersebut.
Contoh:
-
Wajah mereka selalu cerah.
-
Sawah-sawah di situ
mulai kering.
Cerah
dan kering pada
kalimat di atas adalah verba keadaan; sedangkan leksem wajah mereka dan sawah-sawah
adalah maujud yang berada dalam keadaan itu.
Ø Tipe X
Tipe ini merupakan
verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Subjek dalam kalimat yang menggunakan
tipe ini adalah sebuah nomina yang berada dalam keadaan kognisi, emosi, atau
sensasi.
Contoh:
-
Dia memang takut kepada orang itu.
-
Kami tahu hidup di kota memang sukar.
Takut
dan tahu pada
kalimat di atas adalah verba keadaan pengalaman. Pada kallimat pertama, subjek Dia yang mengalami keadaan yang
disebutkan oleh predikat takut, pada
kalimat kedua kami adalah subjek
yangmengalami keadaan tahu itu.
Ø Tipe XI
Tipe ini merupakan verba
yang menyatakan keadaan benafaktif subjek dalam kalimat yang menggunakan tipe
XI ini adalah sebuah nomina yang menyatakan memiliki, memperoleh, atau
kehilangan sesuatu.
Contoh:
-
Ia sudah punya istri.
-
Dia ada uang lima juta.
Punya
dan ada pada kalimat di atas adalah verba keadaan
benefaktif. Sedangkan ia dan dia adalah subjek yang berada dalam
keadaan memiliki. Menurut Tampubolon (1979) verba dasar yang menyatakan keadaan
keadaan benefaktif hanya kedua kata itu saja. Tetapi yang bukan verba dasar
cukup banyak seperti berhasil,
kehilangan, beruntung, berwarna, memiliki, dan bertubuh.
Ø Tipe XII
Tipe ini merupakan
verba yang menyatakan keadaan-lokatif. Subjek pada kalimat yang mengunakan
verba ini adalah nomina yang berada dalam satu tempat atau lokasi.
Contoh:
-
Petani itu diam di gubuk itu.
-
Pak Menteri hadir di sana.
Diam
dan hadir
adalah verba yang menyatakan keadaan lokatif. Sedangkan petani itu dan Pak Menteri adalah
subjek yang berada di tempat yang disebutkan pada unsure keterangan.
Verba dasar Tipe XII
ini memang jarang, tetapi verba yang bukan dasar cukup banyak seperti mengalir, berganti, berserakan, bermimpi,
dan menanjak.
2.1.3 Kategori Adjektival
Leksem-leksem
adjektival dalam bahasa Indonesia secara semantik adalah leksem yang
menerangkan keadaan suatu nomina atau menyifati nomina itu. Secara
semantik akjetival dapat dibagi menjadi
delapan tipe.
1.
Tipe I adalah leksem
ajektif yang menyatakan sikap, tabiat, atau perilaku batin manusia yang
termasuk di dalamnya yang dipersonifikasikannya.
Misalnya:
marah, galak, baik, sopan, berani, takut dan jahat.
2. Tipe
II adalah leksem ajektif yang menyatakan keadaan bentuk.
Misalnya:
bundar, bulat, lengkung, bengkok, lurus, dan miring
3. Tipe
III adalah leksem ajektif yang menyatakan ukuran.
Misalnya:
panjang, pendek, tinggi, gemuk, kurus, lebar, luas, ringan,dan berat.
4. Tipe
IV adalah leksem yang menyatakan waktu dan usia.
Misalnya:
lama, baru, muda, tua.
5. Tipe
V adalah leksem ajektif yang menyatakan warna.
Misalnya:
merah, kuning, biru, hijau, ungun, cokelat dan lembayung.
6. Tipe
VI adalah leksem ajektif yang menyatakan jarak
Misalnya:
jauh, dekat, sedang.
7. Tipe
VII adalah leksem ajektif yang menyatakan kuasa tenaga.
Misalnya:
kuat, lemah, segar, lesu dan tegar.
8. Tipe
VIII adalah leksem ajektif yang menyatakan kesan atau penilaian indra.
Misalnya:
sedap, lezat, manis, pahit, cantik, tampan, cemerlang, harum, bau, wangi,
kasar, halus dan licin.
Perbedaan yang hakiki antara
verba-keadaan dengan ajektifal adalah terletak pada fungsinya dalam suatu
kontruksi. Pada kontruksi predikat leksem-leksem tersebut cenderung berciri
verba sedangkan pada kontruksi atributif berciri ajektiva. Misalnya kontruksi meja batu dan meja itu baru. Pada kontruksi
meja baru, leksem baru adalah
ajektiva sedangkan pada meja itu baru adalah
verba, sebab meja baru adalah
kontruksi atributif sedangkan meja itu
baru adalah kontruksi predikatif.
2.1.4 Kategori Pendamping
Kategori pendamping adalah leksem-leksem tetentu yang mendampingi
nomina, verba, ajektif, dan juga klausa untuk memberikan keterangan tertentu
yang bukan menyatakan keadaan atau sifat.
Ø Pendamping Nomina
Leksem-leksem pendamping nomina, antara
lain, menyatakan:
1) Pengingkaran
Leksem ini hanya
satu yaitu kata bukan yang
ditempatkan di muka nomina tersebut. Misalnya bukan buku, bukan ayam, bukan guru, dan bukan agama.
2) Kuantitas
atau jumlah
Jumlah leksem
untuk menyatakan kuantitas banyak antara lain:
-
Beberapa
-
Semua
-
Seluruh
-
Sejumlah
-
Banyak
Semua
pendamping yang menyatakan kuantitas di atas ditempatkan di muka nominanya dan yang
lain adalah sebagian, separuh, dan
sementara.
3) Pembatasan
Leksemnya adalah
hanya dan saja. leksem hanya ditempatkan di muka nomina, sedangkan leksem
saja di belakang nomina. Misalnya hanya
air putih, hanya dia, hanya sopir,
kopi saja, siapa saja, dan mereka
saja.
4) Tempat
berada.
Leksem yang
digunakan adalah di dan pada. Misalnya di kelas, di pasar, di Bogor, pada
dinding, pada ayah, dan pada tahun.
Pendamping di dan pada seringkali secara bebas dapat
dipertukarkan seperti di tahun atau pada tahun, di ayah atau pada ayah,
tetapi di Bogor tidak dapat menjadi pada Bogor. Perbedaanya adalah
menyatakan lokasi yang sebenarnya, sedangkan pada untuk lokasi yang tidak sebenarnya. Bogor adalah lokasi yang
sebenarnya. Jadi, dapat dengan pembanding
di tetapi tidak dapat dengan pendamping pada.
Sebaliknya agama tidak dapat di agama tetapi
dapat pada agama.
5) Tempat
Asal
Leksem yang
digunakan adalah dari. Misalnya dari Jepang, dari rumah, dan dari pasar. Selain menyatakan asal
tempat, pendamping dari dapat juga
menyatakan asal bahan seperti dari gula,
dari semen, dan dari tanah liat; juga dapat menyatakan asal waktu seperti dari pagi, dari kemarin, dan dari hari senin.
6) Tempat
tujuan atau arah sasaran.
Leksem yang
digunakan adalah ke dan kepada. Misalnya ke pasar, ke Bogor, ke sekolah; kepada ayah, kepada polisi, kepada
agama.
Pendamping ke
lazim untuk menyatakan tempat yang sebenarnya sedangkan kepada untuk menyatakan tempat yang tidak sebenarnya.
7) Hal
atau perkara
Leksem yang
digunakan adalah tentang, mengenai,
perihal, dan masalah. Pendamping
ini lazim digunakan di depan nomina yag berada dalam suatu klausa intransitif.
Misalnya:
-
Berdiskusi mengenai
nilai-nilai sastra.
-
Berbicara tentang
kenakalan remaja.
-
Berdebat mengenai
pancasila.
8) Alat
Leksem yang
digunakan adalah kata dengan,
misalnya (menulis) dengan pensil, (memotong) dengan pisau, dan (mengikat)
dengan tali. Tapi perlu dicatat, pendamping dengan
selain menyatakan “alat” dapat juga digunakan untuk menyatakan kebersamaan
seperti (pergi) dengan kakak, (berjalan)
dengan adik dan (bermain) dengan teman-temannya.
9) Pelaku
Leksem yang
digunakan adalah kata oleh yang
ditempatkan di muka nomina. Misalnya oleh
anak buahnya, dan oleh ayahnya.
10) Batas
tempat dan batas waktu
Leksem yang
digunakan adalah kata, sampai dan hingga yang ditempatkan di muka nomina atau nomina waktu. Misalnya,
sampai Jakarta, sampai pasar, sampai
pagi, sampai pukul dua,; hingga sore, hingga larut malam, dan hingga tengah hari.
Ø Pendamping Verba
Leksem-leksem
pendamping verba, antara lain, menyatakan:
1) Pengingkaran.
Leksem yang digunakan adalah kata tidak dan
bukan yang ditempatkan di muka verba itu. Misalnya tidak mandi, tidak datang,
tidak pulang, tidak menangis, dan tidak
berhasil.
Leksem bukan hanya digunakan di muka verba dalam suatu klausa yang
dikontraskan dengan klausa lainnya. Misalnya :
-
Dia bukan menangis karena sedih melainkan
karena gembira.
-
Kami bukan membantah perintah Bapak, hanya
meminta waktu untuk mengerjakannya.
2) Berbagai
aspek. Antara lain aspek selesai (perpektif) dengan leksem sudah, telah,dan pernah, aspek belum selesai (imperfek) dengan
leksem masih dan lagi; aspek baru mulai (inkoatif) dengan leksem mulai. Contoh
pemakaian.
-
Mereka sudah makan.
-
Ibu pernah makan daging rusa.
-
Dia masih duduk di SD.
3) Berbagai
modalitas. Antara lain leksem belum,sedang,
akan, boleh, dapat, harus, wajib, mesti, dan jangan.
-
Susi sedang makan
-
Dia akan datang
-
Kita mesti mendengar kata guru
4) Kuantitas.
Leksem yang diguakan, antara lain; sering,
seringkali, acapkali, jarang, banyak, kurang selalu, dan sebagainya. Contoh
pemakaian:
-
Kami sering duduk di depan kelas.
-
Dia seringkali lewat dari jalan ini.
5) Kualitas.
Leksem yang digunakan antara lain: sangat,
agak, cukup, paling, dan sekali. Leksem-leksem
ini lazimnya mendampingi verba keadaan. Contoh pemakaian:
-
Lili sangat cantik.
-
Kami paling suka menulis
puisi ketika senja menjelma.
6)
Pembatasan. Leksem yang
digunakan adalah kata saja dan hanya. Leksem saja diletakkan di belakang verba, sedangkan hanya di muka verba. Misalnya menangis
saja, tidur saja.
Ø Pendamping Ajektiva
Leksem-leksem pendamping ajektiva,
antara lain menyatakan:
1) Pengingkaran.
Leksem yang digunakan adalah kata tidak dan
bukan. Misalnya tidak baik, tidak lurus, tidak gemuk, tidak bandel, dan tidak merah.
Leksem bukan dapat digunakan dimuka nama warna seperti bukan merah, bukan hijau, dan bukan kuning; dan di muka ajektiva yang
mirip dengan verba keadaan seperti bukan
bandel, bukan kosong, bukan nakal, dan bukan
buruk.
2) Kualitas.
Leksem yang digunakan adalah kata-kata sangat,
agak, cukup, paling, sekali, maha, dan serba.
Misalnya sangat baik, agak datar,
cukup licin, paling miskin, pandai sekali, maha mulia, dan serba modern.
Ø Pendamping Klausa
Leksem-leksem pendamping klausa
mempunyai posisi yang agak bebas. leksem-leksem itu dapat ditempatkan pada awal
klausa di tengah klausa, atau pada akhir klausa. Distribusinya ini tentu saja
memberi nuansa makna yang berbeda.
Leksem-leksem pendamping klausa
ini, antara lain, memberi makna:
1) Kepastian.
Leksem yang digunakan adalah pasti,
tentu, dan memang misalnya:
-
Pasti
dia hadir
-
Dia hadir pasti
-
Memang,
dia belum makan dari pagi
-
Dia memang belum makan dari pagi
2) Keraguan.
Leksem yang digunakan adalah kata barangkali,
mungkin, dan boleh jadi. Misalnya:
-
Barangkali
dia lupa.
-
Kami mungkin tidak hadir di pesta
pernikahanmu.
3) Harapan.
Leksem yang digunakan adalah kata-kata moga-moga,
semoga, mudah-mudahan, hendaknya, sebaiknya, dan seharusnya. Misalnya:
-
Kamu hendaknya
menemani ayah ke ladang.
-
Kamu seharusnya tidak berkata begitu
2.1.5
Kategori Penghubung
Kategori penghubung adalah
leksem-leksem tertentu yang bertugas menghubungkan, baik kata dengan kata,
frase dengan frase, klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan kalimat secara
koordinatif maupun secara subordinatif.
1. Penghubung koordinatif
Leksem-leksem penghubung koordinatif, antara lain
menyatakan makna:
Ø
Penghubungan
Leksem
yang digunakan adalah untuk menyatakan penggabungan antara dua buah kata, dua
buah frase, atau dua buah klausa; serta untuk menyatakan penggabungan bisa sama
seperti dan, dengan untuk menyatakan
gabungan biasa antara dua buah kata. Perhatikan contoh berikut:
·
Loli
dan Rina sedang belajar
·
Kakek
serta Nenek pergi ke Lampung.
·
Kami
menangkap ayam itu serta
memasukkannya ke dalam kandang.
Penghubung dan dan serta dapat dipakai untuk menghubungkan dua buah adjektiva
yang maknanya sejalan seperti
·
Gadis itu ramah dan
rajin
·
Guru
kami tinggi dan besar
Tetapi tidak dapat dipakai untuk
menghubungkan dua adjektiva yang maknanya berlawanan, kecuali pada posisi subjek.
Perhatikan!
·
Pemuda
itu rajin dan malas
·
Rajin dan malas
bagi kami tidak ada bedanya
Ø
Pemilihan
Leksem
yang digunakan adalah kata atau. Leksem
ini dapat menghubungkan kata dengan kata dan juga klausa dengan klausa.
Misalnya:
·
Dia
atau Ahmad yang kau cari?
·
Saya
akan datang sendiri mengatarkan buku ini
atau kau yang akan datang mengambilnya ke rumahku?
Ø
Mempertentangkan
dan mengontraskan
Leksem
yang digunakan adalah tetapi yang
dapat digunakan antara kata dan kata atau klausa dan klausa, sedangkan yang
digunakan antara klausa dengan klausa; namun yang digunakan antara kalimat dan
kalimat; dan sebaliknya yang digunakan antara kalimat dan kalimat. Contoh
pemakaian.
Anak itu cerdas tetapi malas
·
Anak
itu memang cerdas tetapi malas.
·
Dua
orang pencuri masuk ke rumah itu, sedangkan
seorang temannya menunggu di luar.
Ø
Mengoreksi
atau membetulkan
Leksem
yang digunakan adalah melainkan dan hanya yang digunakan di anatara dua
klausa. Misalnya:
·
Bukan
dia yang datang, melainkan temannya.
·
Kami
tidak meminta ganti rugi yang banyak, hanya
meminta yang wajar-wajar saja.
Ø
Menegaskan
Leksem
yang digunakan adalah bahkan, itupun,
malah, lagipula, apalagi, padahal, dan jangankan. Perhatikan contoh berikut
ini.
·
Ditambah
garam sayur ini bukan menjadi sedap. Malah
menjadi tidak enak.
·
Masakan
di restauran ini enak dan harganya murah. Lagipula
pelayanannya baik.
·
Jangankan seribu rupiah, seratus pun saya tak punya.
Ø
Pembatasan
Leksem
yang digunakan adalah kecuali dan hanya. Kedua leksem ini dipakai di antara
dua klausa. Contoh:
·
Semua
pertanyaannya dapat kujawab, kecuali pertanyaan
mengenai jumlah penduduk miskin itu.
·
Soal-soal
itu dapat kuselesaikan dengan baik, hanya
soal nomor lima yang aku ragukan jawabannya.
Ø
Mengurutkan
Leksem
yang digunakan adalah lalu, kemudian,
selanjutnya, dan setelah itu.
Perhatikan contoh berikut:
·
Dia
mengambil sebuah buku, lalu duduk
membacanya.
·
Beliau
menyilakan kami masuk, kemudian
menyuruh kami duduk.
Dalam suatu paragraf yang klausa-klausa
atau kalimat-kalimat merupakan kejadian yang kronologis, semua leksem
penghubung itu dapat digunakan, misalnya:
·
Mula-mula
diambilnya kertas dan pena, lalu ditulisnya
sebuah surat, kemudian dipanggilnya
anaknya, selanjutnya disuruhnya
anaknya itu mengantarkan surat itu.
Ø
Menyamakan
Leksem-leksem
yang digunakan adalah yaitu dan yakni untuk menyamakan dan menjelaskan;
dan leksem adalah dan ialah untuk menyamakan-menjelaskan dua
konsituen yang sama maknanya. Perhatikan contoh berikut:
·
Presiden
pertama Republik Indonesia, yaitu
Soekarno, dimakamkan di Blitar.
·
Soekarno
adalah Presiden pertama Republik
Indonesia.
Ø
Kesimpulan
dari yang sudah dibicarakan sebelumnya
Leksem
yang digunakan adalah jadi, karena itu,
oleh sebab itu, dan dengan demikian.
Perhatikan contoh berikut!
·
Mereka
adalah orang-orang yang sering berlaku curang. Oleh karena itu kita harus berhati-hati menghadapinya.
·
Sejak
kecil anak-anak itu harus kita biasakan bangun pagi-pagi, mandi, dan berangkat
ke sekolah pada waktunya. Dengan demikian,
kelak mereka akan menjadi manusia yang berdisiplin.
2.
Penghubung Subordinatif
Penghubung
subordinatif menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak setingkat.
Konstituen yang satu merupakan konstituen bebas, sedangkan konsituen yang lain,
yang di mukanya diberi leksem penghubung subordinatif ini merupakan konsituen
bawahan yang terikat pada konsituen pertama. Posisi kedua konsituen itu dapat
dipertukarkan sehingga penghubung subordinatif itu dapat berada pada awal
kalimat maupun ditengah kalimat.
Leksem-leksem
subordinatif ini antara lain, menyatakan makna:
Ø
Penyebab
Leksem yang digunakan adalah sebab, karena, lantaran dan berhubung, misalnya:
·
Mereka
terlambat karena jalan macat.
·
Anak
itu sakit perut lantaran terlalu
banyak makan mangga muda.
Ø
Akibat
Leksem yang digunakan adalah hingga, atau sehingga, sampai dan sampai-sampai. Misalnya:
·
Dia
terlalu banyak makan mangga muda hingga
perunya sakit.
·
Tukang
copet itu dipukuli orang banyak sampai
mukanya babak belur.
Ø
Syarat
atau kondisi yang harus dipenuhi
Leksem yang digunakan adalah jika, jikalau, kalau, bila, bilamana, dan asal. Misalnya:
·
Bila dia datang kita segera berangkat.
·
Bilamana cuaca buruk, jendela itu harus kalian tutup.
Ø
Pengandaian
Leksem yang digunakan adalah andaikata, seandainya, dan andaikata. Misalnya:
·
Andaikata saya punya uang satu miliar, kamu akan saya bagi
separuhnya.
·
Andaikan puteri itu menjadi pacarku saya akan senang sekali.
Ø
Penegasan
Leksem yang digunakan adalah walau
(walaupun), biar (biarpun), meski (meskipun), kendati (kendatipun), sungguhpun,
sekalipun dan walaupun. Misalnya:
·
Meskipun tidak lulus ujian, dia tertawa-tawa saja.
·
Sayur
ini masih terasa hambar walaupun
sudah ditambah garam.
Ø
Perbandingan
Leksem yang digunakan adalah seperti, sebagai, laksana, seolah-olah, dan seakan-akan. Misalnya:
·
Dimakannya
nasi itu dengan lahap seperti orang
tiga hari belum makan.
·
Sorot
matanya begitu tajam seolah-olah kami ini betul-betul bersalah.
Ø
Tujuan
Leksem yang digunakan adalah agar, supaya, untuk, buat, bagi, dan guna. Misalnya:
·
Buat orang-orang kaya harga karcis masuk itu sangat
murah.
·
Jalan
layang dibangun guna melancarkan arus
lalu lintas.
Ø
Waktu
Leksem yang
digunakan bermacam-macam, tergantung pada waktu yang diterangkan, diantaranya
adalah ketika, sewaktu, dan tatkala untuk
menyatakan waktu yang bersamaan; sementara,
selama, sambil dan seraya untuk menyatakan jangka waktu tertentu yang
bersamaan; sejak, atau semenjak nntuk menyatakan awal waktu; sampai. Untuk menyatakan batas waktu; sebelum Untuk menyatakan waktu lebih dahulu
sesudah, setelah, dan sehabis Untuk menyatakan waktu lebih
kemudian. Contohnya:
·
Mereka
datang ketika nenek tidak ada
dirumah.
·
Sewaktu kami tiba beliau sedang tidur.
·
Tatkala melihat kami, dia cepat-cepat bersembunyi.
Ø
Penjelasan
Leksem yang digunakan adalah kata bahwa: misalnya
·
Kabar
bahwa mereka akan menikah bulan depan
saya sudah tahu.
·
Kami
belum mendengar bahwa harga sembako
sudah normal lagi.
Ø
Keadaan
atau cara
Leksem yang digunakan adalah dengan dan tanpa. Misalnya:
·
Dengan berbisik-bisik ditawarkannya majalah porno itu
kepada setiap penumpang.
·
Dia
berjalan terus tanpa menoleh ke kiri
dan ke kanan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kategori
makna leksikal mengkaji tentang (1) kategori nominal yang terbagi atas sepuluh
tipe, yaitu: orang, institusi, binatang,
tumbuhan, buah-buahan, bunga-bungaan, peralatan, makanan-minuman, geografi,
bahan baku; (2) kategori verbal terdiri dari duabelas tipe, yaitu: tindakan,
pengalaman, pemilikan, lokasi, proses, proses-pengalaman, memperoleh atau
merugi, lokatif, keadaan, keadaan pengalaman, keadaan benefaktif, dan keadaan
lokatif; (3) kategori adjektival; (4) kategori pendamping, meliputi: pendamping
nomina, pendamping verba, pendamping ajektiva, dan pendamping klausa; (5) kategori
penghubung, meliputi: penghubung koordinatif dan penghubung subordinatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi,
Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer,
Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.
Chaer,
Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Reneka Cipta.
Suwandi,
Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian
Makna. Yogyakarta: Media Perkasa.
Tarigan,
HG. 1983. Prinsip-prinsip dasar
Sintaksis. Bandung: Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar