Kamis, 29 November 2012

HAKIKAT SEMANTIK DAN KAITAN SEMANTIK DENGAN ILMU LAIN



HAKIKAT SEMANTIK
DAN KAITAN SEMANTIK DENGAN ILMU LAIN


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
REGULER B 2011

RIKI FRANCISKO                                     2113111066
SITI KHADIJAH LINGGA                        2113111083
SYARIFAH WAHYUNI SIMAMORA      2113111086
VIKTIAR ELSERIDA GULO                    2113111091
YOSEVINA MANURUNG                         2113111098
YULAIKA TRI DAYANTI                          2113111099
ZUZAN MARIA R. TAMPUBOLON        2113111100


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012



KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dianugerahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang telah ditentukan. Adapun judul makalah ini adalah “Hakikat Semantik dan Kaitan Semantik dengan Ilmu Lain”
Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah semantik yang telah diberikan oleh dosen, supaya kami lebih memahami hakikat semantik dan hubungan semantik dengan disiplin ilmu lainnya.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik serta saran yang positif yang bersifat membangun dari para pembaca demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.



  Medan, September 2012

                                                                                                                           Penulis
                                                                                                      Kelompok 1








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................      i
DAFTAR ISI.............................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................      1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................      2
1.3 Tujuan.........................................................................................................     3
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Semantik..................................................................................       4
2.2 Hakikat Semantik.......................................................................................       6
2.3 Hubungan Semantik dengan Disiplin Ilmu Lain.............................................       7
2.4 Manfaat Semantik......................................................................................      11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................     12
3.2 Saran...........................................................................................................    12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................      13




BAB I
PENDAHULUAN
                                                                             
1.1 Latar Belakang
Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological Association (Organisasi Filologi Amerika) dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings: A point in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17.
Semantik sebagai subdisiplin linguistik muncul pada abad yang ke-19. Pada tahun 1825 seorang pakar klasik yang bernama C. Reisig mengemukakan pendapatnya tentang tata bahasa yang dibaginya atas tiga bagian, yakni etimologi, sintaksis, dan semasiologi. Semasiologi adalah studi tentang makna, dengan kata lain berpadanan dengan istilah semantik.   
Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna. Istilah ini merupakan istilah baru dalam bahasa Inggris. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang ditandainya (makna). Istilah lain yang pernah digunakan hal yang sama adalah semiotika, semiologi, semasiologi, dan semetik. Pembicaraan tentang makna kata pun menjadi objek semantik.
Pendapat yang berbunyi “semantik adalah studi tentang makna” diasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Selanjutnya, semantik juga berarti teori makna atau teori arti. Batasan yang hampir sama ditemukan pula dalam Ensiklopedia Britanika (Encyclopaedia Britanica, Vol. 20, 1965:313) yang terjemahannya “Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.” Soal makna menjadi urusan semantik. Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. Dengan kata lain semantik berobjekkan makna.
Untuk mengetahui secara mendalam apa yang dimaksudkan dengan istilah makna, perlu ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut semantik. Di dalam semantik  dapat diketahui, apakah yang dimaksud dengan makna, bagaimanakah wujud makna, apakah jenis-jenis makna, apa saja yang berhubungan dengan makna, apakah komponen makna, apakah makna berubah, mengapa makna berubah, apakah setiap kata hanya mempunyai satu makna atau lebih, bagaimanakah agar kita mudah memahami makna sebuah kata, semuaya dapat ditelusuri melalui disiplin yang disebut semantik.   
Kata semantik berasal dari kata adjektif bahasa Yunani semantickos yang bermaksud ‘penting’ atau ‘berarti’. Kata ‘berarti’ membawa maksud ‘makna’ yang diartikan sebagai sesuatu peristiwa yang diharapkan (Tarigan, 1985:9). Semantik menurut Kamus Dewan Edisi Keempat ialah kajian tentang makna perkataan dan penambahan makna sesuatu kata.
Makna boleh diberikan dengan bermacam-macam-macam pengertian lain. Ogden dan Richard (1956) memberikan 16 pengertian makna; antaranya ialah sesuatu yang intrinsik, pokok, kemauan dan berbagai lagi yang dapat menjelaskan bahawa makna mempunyai makna yang ruwet.
Kesimpulannya ialah semantik dikatakan sebagian dari linguistik yang mengkaji bahasa secara teliti. Semantik dapat dijelaskan sebagai suatu bidang yang mengkaji makna perkataan dan ayat dalam bahasa secara ringkasnya. Kajian mengenai makna kata dapat dilihat dalam aspek makna denotasi dan konotasi, makna dalam konteks, hubungan makna dengan kebudayaan, perubahan makna dan bentuk-bentuk makna daripada hubungan semantik.

1.2 Rumusan Masalah
      1.      Apa hakikat semantik?
      2.      Bagaimana kaitan semantik dengan ilmu lain?
      3.      Apa definisi dari semantik?
      4.      Apa manfaat dari semantik?


1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui dan mengerti hakikat dari semantik serta kaitan/ hubungan semantik dengan beberapa disiplin ilmu lainnya. Selain itu, apabila para pembaca membaca makalah ini maka pembaca akan mengetahui definisi ataupun pengertian dari semantik serta manfaat semantik.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Semantik
          Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik (Perancis: signe linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1966), yaitu yang terdiri dari:
(1)   Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa.
(2)   Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu.
Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambangi adalah sesuatu yang berada diluar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.
            Berdasarkan keterangan di atas, jika Anda membaca atau mendengar bunyi “sepatu” maka bunyi “sepatu” adalah komponen yang mengartikan (komponen signifian). Komponen signifian , yakni berupa runtunan fonem /s/, /e/, /p/, /a/, /t/, dan /u/. Dan maknanya (komponen signifie) adalah ‘benda yang digunakan sebagai alas kaki dengan berbentuk berbeda dengan sandal’. Sedangkan bendanya sendiri (sepatu) adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan makna. Keduanya merupakan unsur dalam bahasa (intralingual) yang merujuk pada hal-hal di luar bahasa (ekstralingual).
            Dalam perkembangannya kemudian, kata semantik ini disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.
            Pendapat yang berbunyi “semantik adalah studi tentang makna” dikemukakan pula oleh Kambartel (dalam Bauerle, 1979: 195). Menurutnya, semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
Definisi yang sama dikemukakan pula oleh George, sedangkan Verhaar (1983: 124) mengatakan bahwa semantik berarti teori makna atau teori arti (Inggris, semantics, kata sifatnya semantic yang dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan kata semantik sebagai nomina dan semantik sebagai ajektiva).
 Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mengembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian semantik, yaitu:
     1.      Charles Morrist
Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.
     2.      J.W.M Verhaar
Mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
      3.      Lehrer (1974: 1)
Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
      4.      Kambartel (dalam Bauerle, 1979: 195)
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
      5.      Ensiklopedia Britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313)
Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.
      6.      Dr. Mansoer Pateda
Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.
      7.      Abdul Chaer
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).

Semantik sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang ilmu bahasa di atas (fonologi, morfologi, dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata atau kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara atau yang lebih umum adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam kalimat. Dengan demikian, tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya atau sebaliknya (Umar, 1982).

2.2 Hakikat Semantik
Semantik (Bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata sema, ‘tanda’) adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu.

Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa makna bahasa, khususnya makna kata, terpengaruh oleh berbagai konteks. Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa. Dalam konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda-benda atau objek-objek yang berada di alam semesta. Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi di luar bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalam menafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbeda terhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk oleh kaitan antara stimulus, kata dengan respons yang terjadi dalam suatu peristiwa ujaran.
Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian semantik pada dasarnya sangat bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa dipengaruhi oleh konteks di luar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta. Kedua, kajian makna bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaan suatu bahasa.
Uraian di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam semantik penting untuk dipahami. Contoh, pengertian sense berbeda dari pengertian reference. Pertama, merujuk kepada hubungan antarkata dalam suatu sistem bahasa dilihat dari kaitan maknanya. Sedangkan yang kedua merujuk kepada hubungan antara kata dengan benda, objek atau peristiwa di luar bahasa dalam pembentukan makna kata.
Begitu pula dengan pengertian tentang kalimat, ujaran, dan proposisi perlu dipahami dalam kajian semantik. Dalam keseharian, kerap tidak kita bedakan atau kalimat dengan ujaran. Kalimat sebagaimana kita pahami satuan tata bahasa yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat terdiri dari satu kata, frase atau kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang ditandai oleh adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan. Dalam semantik kedua konsep ini memperlihatkan sosok kajian makna yang berbeda. Makna ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik tindak tutur. Peran konteks pembicaraan dalam mengungkapkan makna ujaran sangat penting. Sementara kajian makna kalimat lazimnya lebih memusatkan pada konteks tatabahasa dan unsur lain yang dapat dicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya unsur waktu dapat digramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk kata kerja.
Mengingat pentingnya konsep-konsep itu, kapasitas sebagai pembelajar semantik hendaknya mencermati batasan dan penerapan konsep itu dalam kajian makna bahasa.

2.3 Hubungan Semantik Dengan Disiplin Ilmu Lain

1. Hubungan Semantik dengan Falsafah
Falsafah ialah pengetahuan yang menelaah sesuatu yang istimewa. Falsafah adalah istimewa karena falsafah tidak dapat dihuraikan dengan ilmu pengetahuan biasa sebaliknya falsafah memerlukan ilmu pengetahuan tentang hukum dan kaedah berfikir yang logika. Oleh yang demikian logika dalam disiplin ilmu falsafah memerlukan cara berfikir yang tepat untuk mencapai ketepatan makna dalam ilmu falsafah tersebut. Falsafah yang tidak mempunyai makna menjadi tidak berarti. Contohnya falsafah ‘Biar saya mentertawakan diri saya sebelum orang lain mentertawakan diri saya’ membawa semantik “kesedaran kendiri atau muhasabah diri” perlu dipahami pendengar maupun penutur falsafah tersebut supaya ia bermakna apabila diujarkan.

2. Hubungan Semantik dengan Psikologi
Psikologi ialah ilmu jiwa yang mengkaji hakikat dan gerak-gerik jiwa. Hal ini bermakna tingkah laku manusia mempunyai makna. Makna yang dimaksudkan adalah tentang kebermaknaan kata atau ujaran dalam bahasa. Contohnya perkataan ‘Makan!’ berbeda berbanding ‘Makanlah..’ Deretan bunyi dan susunan huruf dalam perkataan tersebut menghasilkan pemahaman makna yang berbeda oleh seseorang dalam situasi yang berbeda. Situasi yang berbeda tersebut melambangkan paksaan dan permintaan penuturnya. Hal ini bertepatan dengan pendapat ahli psikologi yang menyatakan bahawa makna wujud berdasarkan rangsangan atau tindak balas.

3. Hubungan Semantik dengan Antropologi dan Sosiologi.
Antropologi ialah bidang ilmu yang mengkaji sekelompok masyarakat tertentu yang homogen yang mempunyai pelbagai ciri khasnya. Sosiologi pula ialah bidang ilmu yang mengkaji kelompok masyarakat yang lebih luas dalam perkembangan ekonomi dan sosial yang heterogen. Sosial dan budaya sesuatu masyarakat yang semakin berkembang menyebabkan makna bahasa dalam sesuatu masyarakat semakin berkembang. Contohnya perkataan ‘taman’ pada aspek antropologinya telah berkembang membentuk perkataan ‘taman hati’, ‘taman buaya’, dan ‘taman rimba’ yang bukan lagi bermaksud kebun yang ditanam dengan bunga-bungaan.

4. Hubungan Semantik dengan Susastera
Bahasa dalam karya susastera berbeda dengan bahasa yang terdapat dalam karya ilmiah. Bahasa dalam karya susastra sama ada tulisan ataupun pertuturan tidak semuanya diketahui umum. Justru terdapat berbagai lapisan makna dalam susastra yang meliputi makna tersurat (makna biasa/denotatif), makna tersirat (makna yang dapat di agak pembaca/konotatif), makna kreatif (makna yang dapat dipikirkan pengkritik) dan makna pribadi. (makna yang dapat diketahui oleh pengarang saja). Contohnya seperti ungkapan “Kalau asal benih yang baik, jatuh ke laut menjadi pulau. (Abdullah Hussain, 1982, hal. 95)” merupakan makna konotatif yang dapat difikirkan yang membawa maksud orang yang baik itu biar di mana pun tempatnya tetap akan baik juga.

5. Hubungan Semantik dengan Sejarah
Sifat bahasa adalah sentiasa berkembang. Perkembangan bahasa merupakan sejarah bahasa. Makna sesuatu perkataan mungkin kekal sehingga kini, mungkin berubah, menyempit, meluas atau menghilang. Contohnya perkataan ‘khalwat’ yang bermaksud “berseorangan untuk mendekatkan diri kepada-Nya” telah disempitkan maksudnya kepada “berdua-duaan dalam keadaan mencurigakan”. Perkataan ‘pondok’ yang bermaksud “tempat tinggal yang usang” pula telah dikembangkan maknanya menjadi “tempat belajar”. Justru sejarah bahasa ini perlu dimuat dalam kamus besar untuk mencatatkan perubahan bahasa yang berlaku dalam setiap hari bagi tujuan penggunaan bahasa dan pengkaji bahasa kelak.

6. Hubungan Semantik dengan Komputer
Komputer dapat membantu penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan dan lisan melalui proses penyimakan makna ejaan, pembetulan imbuhan dan struktur ayat. Yang menjadi kekurangannya adalah komputer tidak dapat menerjemahkan perkataan secara struktural kerana keupayaannya yang terbatas dalam proses menerjemahkan. Para penerjemah yang memiliki akal dan perasaan saja yang mampu memilih makna yang sesuai dalam konteks struktural ayat. Walau bagaimanapun komputer telah membantu dalam bidang penerjemahan terus dapat membantu penerjemah yang mempunyai akal pikiran yang tinggi untuk memikirkan makna yang sesuai bagi sesuatu perkataan berdasarkan konteks ayat. Justru semantik dalam bidang ilmu pengkomputeran perlu disebarluaskan agar makna yang ditafsirkan bertepatan dengan kehendak pengguna kelak.

7. Hubungan Semantik dengan Linguistik
Linguistik ialah kajian tentang bahasa secara saintifik. Bahasa Melayu jelas mempunyai makna yang sedia ada dan penambahan makna melalui proses akronim, pengimbuhan, penggandaan, dan pemajemukan. Contohnya makna kata ‘kebun’ berbeda daripada ‘pekebun’ dan ‘pengebun’, dalam proses pengimbuhan. Kata “kebun” bermaksud tanah yang ditanami tumbuh-tumbuhan. Kata “pekebun” bermaksud “orang yang mengurus kebun” sementara kata “pengebun” bermaksud “orang yang kerjanya membuat kebun atau bekerja di kebun.” Dalam proses penggandaan, kata ‘langit’ juga berbeda dengan ‘lelangit’ yang bermaksud keadaan bumi dan atas bahagian dalam mulut. Dalam proses pemajmukan pula kata ‘buah’ dan ‘hati’ mempunyai makna yang berbeda apabila membentuk kata majmuk ‘buah hati’. Buah ialah benda yang boleh dimakan sementara hati merupakan organ menjadi makna kekasih apabila perkataan tersebut digabungkan.

a.   Fonologi
Merupakan cabang ilmu bahasa atau linguistik yang mengkaji tentang pengucapan atau pelafalan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh manusia.
Contoh:
alat      [?alats]
baru     [bharu]

b.   Morfologi
Merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata.
Contoh:
meN-               +          bawa                =          membawa
meN-               +          beli                  =          membeli

c.   Sintaksis
Merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang struktur sebuah kalimat.
Contoh:
Jenifer Lopez akan menggelar konser perdananya di Indonesia.
          S                                P                          O                     K

d.  Semantik
Merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna kata.
Contoh:
Benda yang biasa digunakan untuk menulis dan terbuat dari arang dan kayu disebut dalam bahasa Indonesia dengan nama <pensil>, dan bukan <sinpel>, atau nama lainnya.

e.  Pragmatik
Merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang maksud yang terkandung atau maksud yang ingin disampaikan dalam sebuah catatan, kalimat, dan bisa juga wacana.

f. Wacana
Merupakan kumpulan gramatik terbesar atau tertinggi yang dilengkapi oleh sebuah ide pokok serta beberapa gagasan penunjang yang berkesinambungan terhadap sebuah karangan yang merupakan bagian dari linguistik.

2.4 Manfaat Semantik
            Manfaat apa yang dapat kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari. Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barang kali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkan mereka dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum. Tanpa pengetahuan akan konsep-konsep polisemi, homonimi, denotasi, konotasi, dan nuansa-nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan informasi secara tepat dan benar.  
            Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di Fakultas Sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk dapat menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya.
            Adakah manfaat semantik bagi orang awam? Tentu saja ada. Pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada di sekelilingnya akan diserap melalui bahasa.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa semantik adalah bidang linguistik atau cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Selain itu, dapat pula disimpulkan bahwa ilmu mengenai semantik  memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang ilmu bahasa di atas (fonologi, morfologi, dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata atau kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara atau yang lebih umum adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam kalimat. Dengan demikian, tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya atau sebaliknya.
3.2 Saran
            Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka disarankan bagi pembaca makalah ini agar lebih memahami tentang disiplin ilmu semantik. Sebab, dengan memahami disiplin ilmu semantik kita dapat memahami dan mengetahui apa makna dari bahasa yang disampaikan oleh seseorang.
            Selain itu, apabila kita menguasai disiplin ilmu semantik kita dapat memahami dan memaknai segala informasi yang ada di sekeliling kita yang akan diserap melalui bahasa.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
http://bahasa.kompasiana.com/2011/11/15/pengertian-dan-sejarah-semantik/







                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar