HAKIKAT SEMANTIK
DAN KAITAN SEMANTIK DENGAN ILMU LAIN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
REGULER B 2011
RIKI FRANCISKO 2113111066
SITI KHADIJAH LINGGA 2113111083
SYARIFAH WAHYUNI SIMAMORA 2113111086
VIKTIAR ELSERIDA GULO 2113111091
YOSEVINA MANURUNG 2113111098
YULAIKA TRI DAYANTI 2113111099
ZUZAN MARIA R. TAMPUBOLON 2113111100
JURUSAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dianugerahkan kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang telah ditentukan.
Adapun judul makalah ini adalah “Hakikat
Semantik dan Kaitan Semantik dengan Ilmu Lain”
Tujuan
dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah semantik yang
telah diberikan oleh dosen, supaya kami lebih memahami hakikat semantik dan
hubungan semantik dengan disiplin ilmu lainnya.
Akhirnya,
kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik serta saran yang positif
yang bersifat membangun dari para pembaca demi penyempurnaan dan perbaikan
makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Medan, September 2012
Penulis
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Semantik.................................................................................. 4
2.2 Hakikat Semantik....................................................................................... 6
2.3 Hubungan Semantik dengan Disiplin Ilmu Lain............................................. 7
2.4 Manfaat Semantik...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 12
3.2 Saran........................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah semantik
baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological Association (Organisasi Filologi Amerika)
dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected
Meanings: A point in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak
abad ke-17.
Semantik sebagai
subdisiplin linguistik muncul pada abad yang ke-19. Pada tahun 1825 seorang
pakar klasik yang bernama C. Reisig mengemukakan pendapatnya tentang tata
bahasa yang dibaginya atas tiga bagian, yakni etimologi, sintaksis, dan
semasiologi. Semasiologi adalah studi tentang makna, dengan kata lain
berpadanan dengan istilah semantik.
Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang
mengacu pada studi tentang makna. Istilah ini merupakan istilah baru dalam
bahasa Inggris. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik sebagai cabang
ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik atau tanda-tanda
lingual dengan hal-hal yang ditandainya (makna). Istilah lain yang pernah
digunakan hal yang sama adalah semiotika, semiologi, semasiologi, dan semetik.
Pembicaraan tentang makna kata pun menjadi objek semantik.
Pendapat yang berbunyi “semantik adalah studi tentang makna”
diasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila
dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Selanjutnya, semantik juga
berarti teori makna atau teori arti. Batasan yang hampir sama ditemukan pula
dalam Ensiklopedia Britanika (Encyclopaedia
Britanica, Vol. 20, 1965:313) yang terjemahannya “Semantik adalah studi
tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental
atau simbol dalam aktifitas bicara.” Soal makna menjadi urusan semantik.
Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa semantik adalah subdisiplin
linguistik yang membicarakan makna. Dengan kata lain semantik berobjekkan
makna.
Untuk mengetahui secara mendalam apa yang dimaksudkan dengan
istilah makna, perlu ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut semantik. Di dalam semantik dapat diketahui, apakah yang dimaksud dengan
makna, bagaimanakah wujud makna, apakah jenis-jenis makna, apa saja yang
berhubungan dengan makna, apakah komponen makna, apakah makna berubah, mengapa
makna berubah, apakah setiap kata hanya mempunyai satu makna atau lebih,
bagaimanakah agar kita mudah memahami makna sebuah kata, semuaya dapat
ditelusuri melalui disiplin yang disebut semantik.
Kata semantik berasal dari
kata adjektif bahasa Yunani semantickos
yang bermaksud ‘penting’ atau ‘berarti’. Kata ‘berarti’ membawa maksud ‘makna’
yang diartikan sebagai sesuatu peristiwa yang diharapkan (Tarigan, 1985:9).
Semantik menurut Kamus Dewan Edisi Keempat ialah kajian tentang makna perkataan
dan penambahan makna sesuatu kata.
Makna boleh diberikan
dengan bermacam-macam-macam pengertian lain. Ogden dan Richard (1956)
memberikan 16 pengertian makna; antaranya ialah sesuatu yang intrinsik, pokok,
kemauan dan berbagai lagi yang dapat menjelaskan bahawa makna mempunyai makna
yang ruwet.
Kesimpulannya ialah
semantik dikatakan sebagian dari linguistik yang mengkaji bahasa secara teliti.
Semantik dapat dijelaskan sebagai suatu bidang yang mengkaji makna perkataan
dan ayat dalam bahasa secara ringkasnya. Kajian mengenai makna kata dapat
dilihat dalam aspek makna denotasi dan konotasi, makna dalam konteks, hubungan
makna dengan kebudayaan, perubahan makna dan bentuk-bentuk makna daripada
hubungan semantik.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa hakikat semantik?
2. Bagaimana kaitan semantik dengan ilmu lain?
3. Apa definisi dari semantik?
4. Apa manfaat dari semantik?
1.3
Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan
makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui dan mengerti hakikat dari
semantik serta kaitan/ hubungan semantik dengan beberapa disiplin ilmu lainnya.
Selain itu, apabila para pembaca membaca makalah ini maka pembaca akan
mengetahui definisi ataupun pengertian dari semantik serta manfaat semantik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda”
atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino
yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda
atau lambang di sini sebagai padanan kata sema
itu adalah tanda linguistik (Perancis: signe
linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1966),
yaitu yang terdiri dari:
(1) Komponen yang mengartikan, yang
berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa.
(2) Komponen yang diartikan atau makna
dari komponen yang pertama itu.
Kedua komponen ini merupakan tanda
atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambangi adalah sesuatu yang
berada diluar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.
Berdasarkan
keterangan di atas, jika Anda membaca atau mendengar bunyi “sepatu” maka bunyi “sepatu” adalah komponen yang
mengartikan (komponen signifian). Komponen signifian , yakni berupa runtunan
fonem /s/, /e/, /p/, /a/, /t/, dan /u/. Dan maknanya (komponen signifie) adalah
‘benda yang digunakan sebagai alas kaki dengan berbentuk berbeda dengan
sandal’. Sedangkan bendanya sendiri (sepatu) adalah sesuatu yang berada di luar
bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Jadi, dengan kata
lain setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan makna. Keduanya
merupakan unsur dalam bahasa (intralingual) yang merujuk pada hal-hal di luar
bahasa (ekstralingual).
Dalam
perkembangannya kemudian, kata semantik ini disepakati sebagai istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi
dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.
Pendapat
yang berbunyi “semantik adalah studi tentang makna” dikemukakan pula oleh
Kambartel (dalam Bauerle, 1979: 195). Menurutnya, semantik mengasumsikan bahwa
bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan
objek dalam pengalaman dunia manusia.
Definisi yang sama dikemukakan pula
oleh George, sedangkan Verhaar (1983: 124) mengatakan bahwa semantik berarti
teori makna atau teori arti (Inggris, semantics,
kata sifatnya semantic yang dalam
bahasa Indonesia dipadankan dengan kata semantik sebagai nomina dan semantik
sebagai ajektiva).
Pandangan yang
bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam
mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru
diharapkan dapat mengembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas
cakupannya. Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian semantik, yaitu:
1. Charles
Morrist
Mengemukakan
bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang
merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.
2. J.W.M
Verhaar
Mengemukakan
bahwa semantik (Inggris: semantics)
berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang
menyelidiki makna atau arti.
3. Lehrer
(1974: 1)
Semantik
adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang
sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa
sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
4. Kambartel
(dalam Bauerle, 1979: 195)
Semantik
mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila
dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
5. Ensiklopedia
Britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313)
Semantik
adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan
proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.
6. Dr.
Mansoer Pateda
Semantik
adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.
7. Abdul
Chaer
Semantik
adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga)
tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
Semantik sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang
erat dengan ketiga cabang ilmu bahasa di atas (fonologi, morfologi, dan
sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata atau kalimat ditentukan oleh
unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara atau yang lebih umum adalah
suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata
dalam kalimat. Dengan demikian, tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang
linguistik lainnya atau sebaliknya (Umar, 1982).
2.2 Hakikat Semantik
Semantik (Bahasa Yunani: semantikos,
memberikan tanda, penting, dari kata sema,
‘tanda’) adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada
suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya
dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna: sintaksis, pembentukan
simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan
praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu kondisi atau konteks
tertentu.
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa makna
bahasa, khususnya makna kata, terpengaruh oleh berbagai konteks. Makna kata
dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa. Dalam
konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda-benda
atau objek-objek yang berada di alam semesta. Makna kata juga dapat dibentuk
oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna
bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi
penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi
di luar bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama
dalam menafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka
berbeda terhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat
dibentuk oleh kaitan antara stimulus, kata dengan respons yang terjadi dalam
suatu peristiwa ujaran.
Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian semantik pada
dasarnya sangat bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa
dipengaruhi oleh konteks di luar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di
alam semesta. Kedua, kajian makna bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni
oleh aturan kebahasaan suatu bahasa.
Uraian di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam
semantik penting untuk dipahami. Contoh, pengertian sense berbeda dari pengertian reference.
Pertama, merujuk kepada hubungan antarkata dalam suatu sistem bahasa dilihat
dari kaitan maknanya. Sedangkan yang kedua merujuk kepada hubungan antara kata
dengan benda, objek atau peristiwa di luar bahasa dalam pembentukan makna kata.
Begitu pula dengan pengertian tentang kalimat, ujaran, dan
proposisi perlu dipahami dalam kajian semantik. Dalam keseharian, kerap tidak
kita bedakan atau kalimat dengan ujaran. Kalimat sebagaimana kita pahami satuan
tata bahasa yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan
ujaran dapat terdiri dari satu kata, frase atau kalimat yang diujarkan oleh
seorang penutur yang ditandai oleh adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan. Dalam
semantik kedua konsep ini memperlihatkan sosok kajian makna yang berbeda. Makna
ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik tindak tutur. Peran
konteks pembicaraan dalam mengungkapkan makna ujaran sangat penting. Sementara
kajian makna kalimat lazimnya lebih memusatkan pada konteks tatabahasa dan
unsur lain yang dapat dicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya
unsur waktu dapat digramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk kata
kerja.
Mengingat pentingnya konsep-konsep itu, kapasitas sebagai
pembelajar semantik hendaknya mencermati batasan dan penerapan konsep itu dalam
kajian makna bahasa.
2.3 Hubungan Semantik Dengan Disiplin Ilmu Lain
1. Hubungan Semantik dengan Falsafah
Falsafah ialah pengetahuan
yang menelaah sesuatu yang istimewa. Falsafah adalah istimewa karena falsafah tidak
dapat dihuraikan dengan ilmu pengetahuan biasa sebaliknya falsafah memerlukan
ilmu pengetahuan tentang hukum dan kaedah berfikir yang logika. Oleh yang
demikian logika dalam disiplin ilmu falsafah memerlukan cara berfikir yang
tepat untuk mencapai ketepatan makna dalam ilmu falsafah tersebut. Falsafah
yang tidak mempunyai makna menjadi tidak berarti. Contohnya falsafah ‘Biar saya
mentertawakan diri saya sebelum orang lain mentertawakan diri saya’ membawa
semantik “kesedaran kendiri atau muhasabah diri” perlu dipahami pendengar maupun
penutur falsafah tersebut supaya ia bermakna apabila diujarkan.
2. Hubungan Semantik dengan Psikologi
Psikologi ialah ilmu jiwa
yang mengkaji hakikat dan gerak-gerik jiwa. Hal ini bermakna tingkah laku
manusia mempunyai makna. Makna yang dimaksudkan adalah tentang kebermaknaan
kata atau ujaran dalam bahasa. Contohnya perkataan ‘Makan!’ berbeda berbanding
‘Makanlah..’ Deretan bunyi dan susunan huruf dalam perkataan tersebut
menghasilkan pemahaman makna yang berbeda oleh seseorang dalam situasi yang
berbeda. Situasi yang berbeda tersebut melambangkan paksaan dan permintaan
penuturnya. Hal ini bertepatan dengan pendapat ahli psikologi yang menyatakan
bahawa makna wujud berdasarkan rangsangan atau tindak balas.
3. Hubungan Semantik dengan Antropologi dan Sosiologi.
Antropologi ialah bidang
ilmu yang mengkaji sekelompok masyarakat tertentu yang homogen yang mempunyai
pelbagai ciri khasnya. Sosiologi pula ialah bidang ilmu yang mengkaji kelompok
masyarakat yang lebih luas dalam perkembangan ekonomi dan sosial yang
heterogen. Sosial dan budaya sesuatu masyarakat yang semakin berkembang
menyebabkan makna bahasa dalam sesuatu masyarakat semakin berkembang. Contohnya
perkataan ‘taman’ pada aspek antropologinya telah berkembang membentuk
perkataan ‘taman hati’, ‘taman buaya’, dan ‘taman rimba’ yang bukan lagi
bermaksud kebun yang ditanam dengan bunga-bungaan.
4. Hubungan Semantik dengan Susastera
Bahasa dalam karya susastera
berbeda dengan bahasa yang terdapat dalam karya ilmiah. Bahasa dalam karya
susastra sama ada tulisan ataupun pertuturan tidak semuanya diketahui umum.
Justru terdapat berbagai lapisan makna dalam susastra yang meliputi makna
tersurat (makna biasa/denotatif), makna tersirat (makna yang dapat di agak
pembaca/konotatif), makna kreatif (makna yang dapat dipikirkan pengkritik) dan
makna pribadi. (makna yang dapat diketahui oleh pengarang saja). Contohnya
seperti ungkapan “Kalau asal benih yang baik, jatuh ke laut menjadi pulau.
(Abdullah Hussain, 1982, hal. 95)” merupakan makna konotatif yang dapat
difikirkan yang membawa maksud orang yang baik itu biar di mana pun tempatnya
tetap akan baik juga.
5. Hubungan Semantik dengan Sejarah
Sifat bahasa adalah
sentiasa berkembang. Perkembangan bahasa merupakan sejarah bahasa. Makna
sesuatu perkataan mungkin kekal sehingga kini, mungkin berubah, menyempit,
meluas atau menghilang. Contohnya perkataan ‘khalwat’ yang bermaksud
“berseorangan untuk mendekatkan diri kepada-Nya” telah disempitkan maksudnya
kepada “berdua-duaan dalam keadaan mencurigakan”. Perkataan ‘pondok’ yang
bermaksud “tempat tinggal yang usang” pula telah dikembangkan maknanya menjadi
“tempat belajar”. Justru sejarah bahasa ini perlu dimuat dalam kamus besar
untuk mencatatkan perubahan bahasa yang berlaku dalam setiap hari bagi tujuan
penggunaan bahasa dan pengkaji bahasa kelak.
6. Hubungan Semantik dengan Komputer
Komputer dapat membantu
penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan dan lisan melalui proses penyimakan makna
ejaan, pembetulan imbuhan dan struktur ayat. Yang menjadi kekurangannya adalah
komputer tidak dapat menerjemahkan perkataan secara struktural kerana
keupayaannya yang terbatas dalam proses menerjemahkan. Para penerjemah yang
memiliki akal dan perasaan saja yang mampu memilih makna yang sesuai dalam
konteks struktural ayat. Walau bagaimanapun komputer telah membantu dalam
bidang penerjemahan terus dapat membantu penerjemah yang mempunyai akal pikiran
yang tinggi untuk memikirkan makna yang sesuai bagi sesuatu perkataan
berdasarkan konteks ayat. Justru semantik dalam bidang ilmu pengkomputeran
perlu disebarluaskan agar makna yang ditafsirkan bertepatan dengan kehendak
pengguna kelak.
7. Hubungan Semantik dengan Linguistik
Linguistik ialah kajian
tentang bahasa secara saintifik. Bahasa Melayu jelas mempunyai makna yang sedia
ada dan penambahan makna melalui proses akronim, pengimbuhan, penggandaan, dan
pemajemukan. Contohnya makna kata ‘kebun’ berbeda daripada ‘pekebun’ dan
‘pengebun’, dalam proses pengimbuhan. Kata “kebun” bermaksud tanah yang
ditanami tumbuh-tumbuhan. Kata “pekebun” bermaksud “orang yang mengurus kebun”
sementara kata “pengebun” bermaksud “orang yang kerjanya membuat kebun atau
bekerja di kebun.” Dalam proses penggandaan, kata ‘langit’ juga berbeda dengan
‘lelangit’ yang bermaksud keadaan bumi dan atas bahagian dalam mulut. Dalam
proses pemajmukan pula kata ‘buah’ dan ‘hati’ mempunyai makna yang berbeda
apabila membentuk kata majmuk ‘buah hati’. Buah ialah benda yang boleh dimakan
sementara hati merupakan organ menjadi makna kekasih apabila perkataan tersebut
digabungkan.
a. Fonologi
Merupakan cabang ilmu bahasa atau linguistik yang
mengkaji tentang pengucapan atau pelafalan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
oleh manusia.
Contoh:
alat [?alats]
baru [bharu]
b. Morfologi
Merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang
bentuk-bentuk kata.
Contoh:
meN-
+
bawa
= membawa
meN-
+
beli
= membeli
c. Sintaksis
Merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang struktur
sebuah kalimat.
Contoh:
Jenifer Lopez akan menggelar konser
perdananya di Indonesia.
S
P
O
K
d.
Semantik
Merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang
makna kata.
Contoh:
Benda yang biasa digunakan untuk menulis dan terbuat dari
arang dan kayu disebut dalam bahasa Indonesia dengan nama <pensil>, dan
bukan <sinpel>, atau nama lainnya.
e. Pragmatik
Merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang
maksud yang terkandung atau maksud yang ingin disampaikan dalam sebuah catatan,
kalimat, dan bisa juga wacana.
f. Wacana
Merupakan kumpulan gramatik terbesar atau tertinggi yang
dilengkapi oleh sebuah ide pokok serta beberapa gagasan penunjang yang
berkesinambungan terhadap sebuah karangan yang merupakan bagian dari
linguistik.
2.4 Manfaat Semantik
Manfaat apa yang dapat kita petik
dari studi semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam
tugas kita sehari-hari. Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau
orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan,
mereka barang kali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai
semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkan mereka dalam memilih dan
menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada
masyarakat umum. Tanpa pengetahuan akan konsep-konsep polisemi, homonimi,
denotasi, konotasi, dan nuansa-nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk
dapat menyampaikan informasi secara tepat dan benar.
Bagi mereka yang berkecimpung dalam
penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di Fakultas Sastra, pengetahuan
semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk dapat menganalisis
bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya.
Adakah manfaat semantik bagi orang
awam? Tentu saja ada. Pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan
untuk dapat memahami dunia di sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan
lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada di sekelilingnya akan diserap
melalui bahasa.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa semantik adalah
bidang linguistik atau cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna atau arti
dalam bahasa. Selain itu, dapat pula disimpulkan bahwa ilmu mengenai semantik memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang ilmu bahasa
di atas (fonologi, morfologi, dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu
kata atau kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada
suara atau yang lebih umum adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan
bentuk kata), maupun susunan kata dalam kalimat. Dengan demikian, tidak mungkin
semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya atau sebaliknya.
3.2
Saran
Dari
pembahasan yang telah diuraikan, maka disarankan bagi pembaca makalah ini agar
lebih memahami tentang disiplin ilmu semantik. Sebab, dengan memahami disiplin
ilmu semantik kita dapat memahami dan mengetahui apa makna dari bahasa yang
disampaikan oleh seseorang.
Selain
itu, apabila kita menguasai disiplin ilmu semantik kita dapat memahami dan
memaknai segala informasi yang ada di sekeliling kita yang akan diserap melalui
bahasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
http://bahasa.kompasiana.com/2011/11/15/pengertian-dan-sejarah-semantik/